Oleh Baihaki Sirajd. ( Direktur Eksekutif Accurate Research & Consulting Indonesia ) ARCI
Suarabaya Akurat Media News.Com – Setiap kali mau ada hajatan lima tahunan “pemilu”, tepatnya 2024 nanti, daya tawar rakyat dari hari ke hari semakin dinamis dan semakin menguat. Sebagai pemegang otoritas Demokrasi di negeri ini tentunya Partai politik beserta dengan sub sistem yang ada didalamnya ( bidang pemenangan) akan berpacu demi memikat dan mengikat dukungan rakyat. Optimalisasi strategi dan pendekatan menjadi kunci agar kampanye berbuah kursi di parlemen.
Sistem proporsional terbuka kemungkinan akan di berlakukan lagi pada 2024, dan yang menjadi ukuran kuantitatif kemenangan adalah tertitik pada besarnya suara yang akan diperoleh, hanya mereka yang faham karakter rakyatlah yang akan mampu mengambil kemenangan (mendapat kursi) , tentunya mereka yang melek kondisi dan mereka yang faham akan demografi.
Dari sekian banyak teori hampir seluruhnya menyatakan bahwa demografi sangat di butuhkan dalam segala aspek untuk menentukan dan memetakan sebuah kebijakan , tidak terkecuali urusan demokrasi ” Politik ”
Demografi merupakan bagian studi kependudukan yang mempelajari penduduk terutama mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya (IUSSP, 1982).
Yaukey (1990) mengatakan, variabel demografi akan sering berhubungan timbal balik dengan variabel nondemografi. Salah satu hubungan tersebut melahirkan demografi politik yang mempelajari hubungan aspek penduduk dan politik. Maka sepanjang gelaran Demokrasi lima tahunan di gelar di negeri ini, tentu antara demografi dan Demokrasi bagai dua sisi mata uang yang saling melengkapi.
Data demografi adalah jantung dari sebuah gelaran Demokrasi atau pemilu. Dari sudut penyelenggara pemilu, data demografi tentang jumlah populasi dan jumlah pemilik hak suara adalah isu yang sangat penting, sebab perhitungan jumlah populasi itu akan menjadi basis pendataan administrasi dan perencanaan logistik penyelenggaraan sebuah pemilu. Selain itu, isu demografi juga memiliki nilai strategis secara politik, maka baik buruknya hasil dari hajatan demokrasi tersebut ditentukan seberapa besar akuntabilitas nya di Terima oleh semuanyaa.
Data demografi yang akurat dan terpercaya akan memberikan legitimasi politik yang kuat pada para pemimpin politik yang memenangkan kompetisi politik melalui pemilu. Dari sudut para peserta pemilu, data demografis memiliki nilai strategis lain. Informasi demografis akan memberikan basis pemetaan politik dalam merancang strategi elektoral untuk memenangi pemilu.
Tanpa data komposisi demografi pemilih, partai politik dan para kandidat peserta pemilu akan kesulitan mengidentifikasi target kampanye secara efisien. Tanpa tersedianya data komposisi demografis pemilih, para peserta pemilu akan gagal menggali isu-isu permasalahan sosial yang dihadapi berbagai kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Tanpa data-data tersebut, mustahil bagi mereka merumuskan isu-isu kebijakan spesifik yang cocok untuk berbagai kelompok pemilih yang akan memberikan suara dalam pemilu.
Secara garis besar terdapat tiga variabel penting demografi politik. Pertama, jumlah penduduk , kecil besarnya sebuah wilayah akan menentukan hitungan jumlah penduduknya, wilayah dengan jumlah penduduk besar tentu memiliki jumlah pemilih yang besar pula begitu pula sebaliknya
Kedua, struktur atau komposisi penduduk, hal ini bisa diamati dari segi jender, golongan umur, ekonomi, dan pendidikan.
Ketiga, distribusi penduduk, hal ini juga dapat diamati melalui keberadaan komunitas, baik komunitas sosial, ekonomi, budaya, maupun ideologi dan agama.
Peta demografis di atas menurut saya akan menjadi obyek politik pada Pemilu 2024, dan objek inilah yang akan senantiasa dimaknai sebagai peluang yang akan menjadi pertimbangan basis jalannya sebuah Demokrasi terlebih sebagai petunjuk arah untuk pemenangan “politik”.
Sesungguhnya, ini adalah praktik lazim di negara demokrasi seperti di negeri kita ini, dalam literatur tentang perilaku pemilih, efek faktor-faktor demografis yang dipercaya membentuk preferensi politik pemilih dikenal dalam model sosiologis perilaku pemilih, yakni model penjelasan perilaku pemilih (Dalton, 2013) dan ini sangat berpengaruh terhadap preferensi politik atau pilihan seseorang dalam menentukan pilihan.
Jabaran di atas menunjukkan pasar politik potensial secara demografis ,Parpol sebagai agen Demokrasi perlu memahami bahwa rakyat bukanlah konsumen politik semata. Rakyat adalah tuannya parpol, di mana mereka akan menentukan wakilnya , dan potensi demografi politik ini semoga benar-benar dimanfaatkan parpol dengan semangat dan komitmen pendidikan politik, sekaligus menjunjung tinggi filosofi kedaulatan rakyat.
Dan lembaga survey seperti Accurate Research And Consulting Indonesia (ARCI) ataupun yang lembaga-lembaga lainnya merupakan bagian dari sub sistem di atas, yang setidaknya dapat dijadikan tolok ukur secara ilmiah dan akuntabel untuk memotret alur demografi yang secara empiris akan dan sedang di lakukan dalam rangka menyambut 2024.
Wallahu a’lam Bisshawab