Oleh : Nanang Haromain
Sidoarjo – Menjelang pergantian tahun 2023. Warga Kabupaten Sidoarjo bakal mendapatkan kado awal tahun yang istimewa, yaitu dengan telah diuji cobanya 3 megaproyek yang salah satunya adalah flyover Djuanda. Dua proyek lain di kota Delta juga segera tuntas dan difungsikan, yaitu proyek pembangunan flyover JPL 64 Krian dan flyover JPL 79 Tarik. Kedua megaproyek tersebut dipastikan tuntas akhir tahun 2023 ini.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo juga terus mempercantik sudut-sudut kota. Mulai dari pembenahan Alun-Alun, trotoar Gor Delta hingga beberapa spot taman juga terus diperindah untuk menampilkan wajah kota yang semakin menarik.
Berbagai gebrakan dan inovasi Pemkab Sidoarjo semakin menambah nilai plus kepimpinan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Setelah sebelumnya juga mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari pusat maupun provinsi. Ini adalah modal besar bagi pria yang biasa disapa Gus Muhdlor (GM) itu untuk maju lagi di periode kedua.
Meski belum dinyatakan secara ekplisit oleh GM sendiri, namun di obrolan warung kopi (warkop) terutama berita dari orang-orang lingkaran terdekat bupati. Ada hasrat besar dari GM untuk berkontestasi kembali di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo tahun 2024 nanti.
Sampai saat ini, nuansa dan greget Pilkada di Sidoarjo masih relatif sepi. Selain faktor Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang menyedot atensi besar masyarakat untuk memantau Pemilihan Presiden (Pilpres) atau Pemilihan Legislatif (Pileg), elektabiltas GM yang relatif tinggi membuat para penantang masih malu-malu untuk menampakan gerakannya.
Berbeda di kota-kota lain, meski juga rame dengan nuansa Pemilu, beberapa Calon Kepala Daerah di Pilkada atau Pemilihan Walikota (Pilwali) sudah memanasi mesin politiknya. Hal inilah yang akan menguntungkan GM kelak, ketika maju di Pilkada Sidoarjo 24 November 2024 nanti.
Start mulus dan modal elektabiltas yang tinggi, separuh jalan kerja-kerja political brandingnya sudah terlampaui. Meski begitu, untuk menjaga kualitas Pemilu dan perlunya penantang yang sepadan demi tetap menjaga kinerja bagus Bupati Sidoarjo di akhir masa jabatan sudah waktunya dimunculkan figur-figur bagus yang berkontestasi di Pilkada.
Tentu tidak mudah mengalahkan incumbent, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Minimal ada empat syarat untuk bisa mengalahkannya. Empat prasyarat yang harus dipenuhi seorang penantang agar mampu mengalahkan incumbent di Pilkada adalah sebagai berikut.
Pertama, faktor figur kandidat. Calon Kepala Daerah harus merupakan figur alternatif yang memiliki daya terima (akseptabilitas), awareness dan daya tarik lebih sebagai modal tingkat keterpilihan (elektabilitas). Memang popularitas bukanlah faktor utama mengingat calon incumbent pasti lebih populer. Namun faktor kalah popularitas bisa ditutup oleh akseptabilitas, awareness, dan daya tarik kuat. Daya tarik itu menjadi lebih kuat bila ditopang pengalaman kepemimpinan, terlebih bila calon memiliki derajat integritas cukup kuat.
Kedua, mesin politik, baik dari partai maupun relawan (non-partai). Untuk bisa mengalahkan incumbent, butuh mesin politik yang ekstrakuat dan efektif. Partai tidak saja sebagai pengusung, namun juga harus mampu berperan sebagai mesin efektif. Demikian halnya tim relawan di luar partai, keduanya harus bersinergi. Mesin partai memperkuat tarikan dari basis pemilih ideologis, sementara mesin dari relawan memperkuat daya tarik pemilih dari massa mengambang.
Ketiga, manajemen kampanye yang tepat. Tatap muka secara langsung dengan variasi kegiatan sosial selama ini mejadi media yang cukup efektif. Keduanya harus ditunjang oleh pola komunikasi yang baik dari kandidat dengan pemahaman terhadap perilaku pemilih dan segementasi yang tepat.
Dan terakhir, menyangkut kinerja incumbent. Kekalahan incumbent dalam Pilkada memiliki relasi kuat dengan kondisi kinerja Pemerintah Daerah (Pemda). Kinerja incumbent yang sering diukur melalui indikator statistik bukanlah takaran utama yang menjadi penentu kemenangannya. Seringkali kinerja seorang incumbent diukur atas dasar penghargaan yang diterima dari pemerintah pusat, sementara masyarakat memiliki persepsi berbeda. Ketika masyarakat tak mampu merasakan penghargaan itu secara nyata maka di sanalah peluang besar bagi penantang untuk mengalahkannya. Tentunya penantang harus mampu memberikan alternatif penyelesaian persoalan riil yang dihadapi masyarakat.
Dengan kondisi demikian, berharap segera muncul figur-figur baru penantang incumbent untuk memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk memilih bupati yang terbaik bagi Kabupaten Sidoarjo di periode mendatang. (*)
*) Nanang Haromain, Peneliti IRPD dan Komisioner KPU Sidoarjo periode 2014-2019, tinggal di Sidoarjo.