Akuratmedianews.com – Maraknya, dunia teknologi telah mengubah kacamata perdagangan di Kabupaten Magetan. Pasar Baru Magetan, yang dulunya menjadi pusat keramaian dan denyut nadi perekonomian lokal, kini menghadapi tantangan serius karena maraknya pasar online.
Aktivitas perdagangan di Pasar Baru Magetan, yang dulunya menjadi jantung perekonomian kota, kini semakin meredup. Para pedagang banyak yang mengeluhkan penurunan drastis penjualan mereka akibat gempuran belanja online yang semakin menjamur di masyarakat.
Keadaan sepi akan pengunjung di Pasar Baru Magetan tersebut terlihaat saat wartawan Akurat Media News mengunjungi pasar, Senin, (7/4/2025). Keberadaan pasar online telah menggeser preferensi konsumen, yang kini lebih memilih berbelanja dari rumah dengan kemudahan dan harga yang kompetitif.
Dampak ini membuat konsumen semakin nyaman dalam berbelanja secara online, terutama generazi millenial yang melek teknologi. Hal ini diungkapkan Sriyari, salah satu pedagang pakaian di Pasar Baru Magetan. Ia pun menjelaskan bahwa maraknya pasar online menjadikan pasar menjadi sepi pembeli.
“Sebelum covid dulu pasar ini ramai mas, tapi sekarang ya keadaanya seperti ini. Saya melihat orang-orang sehari bisa sepuluh paket yang datang. Dan imbasnya ke pasar ya sepi seperti ini,” ujarnya.
Sementara itu, tukang parkir di Pasar Baru Magetan Heru menyampaikan bahwa memang keadaan pasar saat ini telah berubah drastis. Menurutnya, perubahan itu berdampak pada beberapa pedagang yang harus tutup.
“Bahkan agar tetap bisa bertahan, penjual makanan juga mulai menggunakan online. Mereka menggunakan online jasa antar makanan untuk membantu meningkatkan penjualannya,” kata Heru.
“Ya, sekarang penjual makanan ini juga ditambah dengan Gojek maupun grab itu mas,” ucap dia.
Para pedagang Pasar Baru Magetan sebagian besar sudah berusia lanjut. Untuk bertransformasi ke pasar online mengalami kendala dalam mengadopsi teknologi. Selain itu juga persaingan dengan pasar online yang sudah mapan juga sangat ketat.
Sriyari mengakui bahwa saat ini selain berjualan di pasar juga sering posting melalui aplikasi WhatsApp. Namun, hal itu belum mampu membuat perubahan dalam peningkatan penjualannya.
“Untuk fokus ke jualan online, ya sementara masih belum, tapi sudah buat story di WA. Untuk online shopee masih belum,” imbuhnya.
Dengan perubahan budaya konsumen telah beralih ke pasar online, pemerintah telah berupaya untuk menghidupkan pasar tradisional kembali. Salah satunya, dengan membangun kembali pasar menjadi lebih indah.
Meskipun, pemerintah sudah berupaya memperbaiki fasilitas dan prasarana, hal itu tidak mampu berdampak signifikan terhadap keadaan pasar. Dengan keadaan seperti sekarang, para pedagang hanya bisa pasrah dan tetap berharap agar pasar bisa ramai kembali seperti dulu.
“Sebenarnya, harapannya tetap banyak pengunjung, tetapi keadaan ya seperti ini. Tidak bisa merubah keinginan konsumen untuk lebih memilih online. Bahkan, pemerintah sudah mengupayakan menjadikan pasar dengan membangun kembali pasar dan sebagainya, tapi ya harus gimana lagi,” pungkas Sriyari dengan penuh pasrah.
Perubahan trend belanja online tidak hanya terjadi pada pedagang pakaian, bahkan ada pedagang gulung tikar yang beralih profesi menjadi tukang parkir karena maraknya trend belanja online. Heru yang dulunya merupakan pedagang yang berjualan kaset terpaksa harus beralih menjadi tukang parkir karena minat pembeli yang semakin berkurang.
Pedangang yang berjualan selama kurang lebih 9 tahun itu terpaksa harus menutup tokonya karena peminatnya yang semakin hari semakin berkurang. “Sekarang saya menjadi tukang parkir di sini. sekarang orang berjualan sepi mas, saya dulu berjualan kaset di sana sejak 2010 sampai dengan 2019, dan harus tutup karena sepinya peminat,” pungkasnya.