Akuratmedianews.com — Suasana penuh haru menyelimuti halaman Paseban Alun-alun Ponorogo, Minggu pagi, (6/4/2025). Satu per satu pelukan dilepaskan dengan berat hati.
Ada yang menyeka air mata, ada pula yang hanya bisa menatap bisu saat bus perlahan bergerak meninggalkan kampung halaman. Inilah momen arus balik para perantau asal Ponorogo menuju Jakarta, setelah merayakan Idulfitri bersama keluarga.
Bus yang berangkat mungkin hanya satu, tapi semangat dan harapan yang dibawanya tak terhitung jumlahnya.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, hadir langsung melepas keberangkatan warga. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pesan hangat yang menggugah semangat para perantau.
“Hati-hati di jalan dan sukses di tempat perantauan. Tetap semangat,” ucapnya penuh empati.
Kang Giri, sapaan akrabnya, mengaku masih sangat terkesan dengan momen kedatangan para pemudik beberapa waktu lalu. Ia merasakan betul betapa kedatangan mereka menghidupkan suasana kampung.
“Saya juga masih rindu dengan kalian semua. Jangan lelah berjuang di perantauan. Pulanglah suatu saat nanti dengan membawa harapan besar bagi keluarga. Dan jangan lupa, tetap rindukan Ponorogo,” katanya.
Kang Giri juga mengabarkan bahwa pertengahan bulan ini dirinya akan ke Jakarta dan berharap bisa bertemu kembali dengan warga di sana.
Keberangkatan rombongan arus balik ini merupakan bagian dari program mudik dan balik gratis hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Saat arus mudik, sebanyak empat bus mengangkut warga Ponorogo dari Jakarta. Sedangkan untuk arus balik, satu bus kembali membawa mereka ke ibu kota.
Ketua Paguyuban Warga Ponorogo di Perantauan (Patipurogo) Jumeno mengungkapkan, rasa syukurnya atas terselenggaranya program ini. Ia menyebut seluruh warga Ponorogo dari berbagai latar belakang bisa menikmati fasilitas mudik gratis tersebut.
“Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak. Untuk arus balik kali ini, kami kembali menjadi koordinator keberangkatan warga menuju Jakarta. Semoga ke depan program seperti ini bisa terus berjalan,” ujarnya.
Meski singkat, momen mudik menjadi pengingat bahwa kampung halaman selalu punya ruang istimewa di hati setiap perantau.
Dan kini, dengan ransel di punggung dan doa di dada, mereka kembali ke Jakarta — membawa harapan untuk hidup yang lebih baik, dan mimpi yang suatu hari akan kembali mereka wujudkan di tanah kelahiran.