SIDOARJO, AMN | Calon bupati nomer urut 1 Bambang Haryo Soekartono (BHS) menggelar acara diskusi bertajuk Pengelolaan Lingkungan bersama pemuda milenial peduli lingkungan, Senin (30/11/2020).
Pembahasan terkait lingkungan ini merupakan salah satu program Bambang Haryo Soekartono dan Taufiqulbar. Oleh karena itu, para pemuda yang hadir berharap kepada BHS untuk komitmen menjadi program prioritas.
Dalam pertemuan tersebut, BHS tidak hanya menyampaikan program kerjanya, tapi juga berdialog, mendengar dan mencari solusi apa yang diharapkan dari kaum Millenial Sidoarjo.
Ebi seorang mahasiswa yang ikut dalam acara diskusi tersebut, menanyakan komitmen BHS terkait masalah lingkungan ketika menjadi Bupati Sidoarjo.“
Baca juga: “Ngopi bareng” RELAWAN BINTANG SEMBILAN BERKELAS untuk memenangkan “KELANA – ASTUTIK”
“Kami sudah baca dan pahami 12 program kerja BHS-Taufiq. Dan semuanya luar biasa, saya sudah sampaikan kepada teman dan keluarga agar tidak salah pilih di Pilkada Sidoarjo ini,” Kata Ebi yang disambut tepuk tangan dari peserta Psycho Nature Indonesia di salah satu Cafe di Kawasan KNV Sidoarjo, Senin 30 November 2020.
Rizal Pemuda asal Kecamatan Porong itu menyampaikan, kondisi air di daerah Porong keruh. Jangankan untuk minum, dibuat mandi saja sepertinya sudah tidak layak.
“Selain air keruh, sampah berserakan di banyak tempat. Bagaimana komitmen BHS tentang ini?” tanya Rizal pada Bambang Haryo. Termasuk dirinya tidak setuju dengan pemanfaatan Lumpur Lapindo sebagai area wisata.
Sementara Septa Resistor, Ketua Psycho Nature Indonesia, setelah mengetahui dan memahami program BHS. Ia berharap melalui diskusi yang dijalani ini sebagai bentuk komitmen bersama dalam penanganan lingkungan di Sidoarjo.
“Kami berharap, siapapun yang terpilih jadi Bupati Sidoarjo bisa memprioritaskan lingkungan. Bisa memilah mana kegiatan yang mengeksploitasi lingkungan dan mana yang pemberdayaan sumber daya alam,” ungkapnya.
Usai berdiskusi, Bambang Haryo merasa terkesan dengan pemikiran pemuda yang masih memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan di Kota Delta.
Misalnya terkait penolakan pemuda asal Porong terkait pemanfaatan Lumpur Lapindo sebagai area wisata.
“Kami sejak awal memang tidak setuju, Lumpur Lapindo dijadikan tempat wisata. Karena disana sampai saat ini masih daerah bencana, semburan lumpur masih terjadi,” Katanya.
“Terlalu beresiko menjadikan Lumpur Lapindo sebagai area wisata,” tambahnya.
Harusnya, menurut BHS, sebelum menjadikan Lumpur Lapindo sebagai daerah wisata. Pemerintah menyiapkan standarisasi pengamanan. Dengan melibatkan Basarnas, BNPB, dan sebagainya karena ini menjadi wewenang pemerintah pusat.
Selanjutnya, baru dilakukan mitigasi bencana, evakuasi plan, dan juga early warning sistem.
“Di sana sejauh ini aman, jangan khawatir. Tapi tetap saja kewaspadaan harus ada sebagai bentuk antisipasi,” urainya.
Terkait masalah sampah, BHS-Taufiq sudah menyiapkan langkah nyata. Mulai dari membuat TPST di setiap kecamatan, hingga penguatan teknologi di TPA.
“Sampah juga bisa jadi peluang. Kita olah, dengan konsep yang bagus, karena sampah juga bisa bermanfaat jika dikelola dengan baik,” jelasnya.
BHS juga memaparkan program seputar penanganan sungai, pantai, laut, mangrove, dan sebagainya sebagai upaya pelestarian lingkungan.
“Intinya, berbagai sisi harus dijaga agar lingkungan tetap lestari. Dan persoalan lingkungan itu memang luas. Ada di darat, air, serta udara. Semua harus menjadi perhatian,” pungkasnya (IS)
3
3