banner 728x250

Gelar Selamatan Sumber Air, Wakil Wali Kota Batu Serukan Komitmen Jaga Alam di Tengah Ancaman Krisis

  • Bagikan
Selamatan sumber air di Kota Batu jadi tradisi untuk melestarikan keberlangsungan sumber daya air. (Dok. Lailia)
banner 780X90

Akuratmedianews.com Masyarakat Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, kembali menghidupkan tradisi sakral sebagai bentuk syukur dan kepedulian terhadap lingkungan, utamanya sumber mata air, Kamis (24/4/2025) kemarin.

Prosesi selamatan sumber mata air dilakukan di tengah hutan pinus yang berada di bawah kaki Gunung Panderman dan Gunung Butak yang juga menjadi kawasan hulu dari Coban Rais dan Coban Putri.

Ritual yang diinisiasi Lembaga Adat Setiya Tuhu Manunggal Jati (LASTMJ) ini bukan sekadar seremoni budaya. Namun, juga menjadi bentuk nyata komitmen kolektif warga dalam melestarikan sumber daya air yang semakin terancam akibat perubahan iklim dan alih fungsi lahan.

Tokoh Adat Kota Batu, Kariyanto mengungkapkan bahwa selametan sumber mata air ini mengangkat tema “Ngupokoro Tirto Bawono, Nylameti Nylametno Banyu” yang berarti merawat, memelihara, dan menyelamatkan air bagi kehidupan.

“Air itu ibarat nyawa, karena merupakan kebutuhan pokok yang penting bagi kita semua. Jika sumber air mati, maka kehidupan makhluk hidup juga akan ikut terancam. Apalagi, debit air di Kota Batu sudah mengalami penurunan, ini jadi tanggung jawab kita bersama,” terang Kariyanto.

Ia menambahkan, penting bagi masyarakat untuk turut serta dalam merawat alam dan pola hidup, utamanya dalam pemanfaatan air. Hal ini ditekankan agar sumber mata air tetap bisa mengalir dan berkelanjutan hingga generasi selanjutnya.

Acara dimulai dengan kirab 30 tumpeng yang berasal dari swadaya masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan prosesi doa bersama di sekitar sumber air yang dipimpin oleh tokoh masyarakat dan diikuti oleh warga, panitia, hingga aparat setempat yang duduk bersila di atas daun pisang.

“Dalam tradisinya, air dicampur dengan kembang melati yang dipercaya memiliki makna simbolis dalam upacara sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan penyucian spiritual. Selain itu, juga ada perlengkapan lain seperti sesajen dan kemenyan,” tambahnya.

Sebagai bagian dari prosesi, Wakil Wali Kota Batu H. Heli Suyanto bersama Kepala Desa Wiweko melakukan minum air asli dari sumber secara simbolis. Tindakan ini bukan hanya seremonial, melainkan lambang penghormatan dan rasa syukur atas berkah air yang selama ini menopang kehidupan warga Batu.

Kemudian, prosesi berlanjut dengan pemotongan tumpeng oleh Wakil Wali Kota Batu Heli Suyanto. Dengan potongan pertama diserahkan kepada perwakilan panitia sebagai bentuk apresiasi dan solidaritas dalam menjaga sumber daya alam.

Kehadiran Wakil Wali Kota dalam ritual ini pun dinilai sebagai bentuk nyata dukungan pemerintah terhadap inisiatif lokal. Menurut Heli, keberlanjutan sumber air tidak hanya menjadi urusan teknis pemerintah atau PDAM, tetapi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.

“Tradisi ini mengingatkan kita bahwa menjaga air tidak bisa ditunda. Kita butuh kebersamaan, dari masyarakat adat, pemerintah, hingga anak-anak muda. Semua harus terlibat,” pungkasnya.

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *