Akuratmedianews.com – Tugu Garuda Pare menjadi saksi bisu kemeriahan festival ogoh-ogoh. Pagi ini, ribuan warga tumpah ruah, berbaur dalam sukacita. Puluhan ogoh-ogoh raksasa diarak, simbol semangat gotong royong dan tradisi yang terus hidup.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Kediri Juliono mengatakan bahwa festival Ogoh-Ogoh bukan sekadar tradisi, tetapi juga momen sakral untuk menyucikan diri dan alam.
“Upacara ini bukan hanya tentang ritual, tetapi juga perjuangan menjaga keseimbangan alam. Lewat prosesi ini, kita buang sial — mengusir energi negatif dan keburukan—agar bisa memasuki Nyepi dengan pikiran jernih dan hati yang bersih,” jelasnya saat ditemui di lokasi oleh wartawan Akurat Media News, Jumat (28/3/2025).
Juliono menjelaskan bahwa Tawur Agung Kesanga menjadi momen penting bagi umat Hindu untuk introspeksi dan melepaskan segala bentuk angkara murka.
“Ini bukan cuma soal kepercayaan, tapi juga soal harmoni dengan alam dan sesama. Saat ogoh-ogoh dibakar, itu adalah simbol bahwa kita siap meninggalkan hal-hal buruk dan melangkah ke awal yang lebih baik,” jelas dia.
Juliono menyampaikan bahwa Selain arak-arakan ogoh-ogoh, festival ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni, seperti tarian tradisional dan gamelan Bali.
“Beberapa peserta mengenakan pakaian adat khas Bali, menambah keunikan suasana pagi di Pare. Salah satu pengunjung, mengaku selalu antusias untuk menyaksikan festival ini setiap tahunnya. Acara ini bukan hanya soal agama, tetapi juga tentang kebersamaan dan keberagaman budaya yang bisa dinikmati semua orang,” kata Juliono.
Menurut Juliono, puncak acara ini ditandai dengan pembakaran ogoh-ogoh, yang menjadi simbol pemurnian diri dan pelepasan energi negatif.
“Dengan semangat kebersamaan dan kekhidmatan, festival ogoh-ogoh di Tugu Garuda Pare tahun ini sukses dan menjadi perayaan yang bukan hanya sakral, tetapi juga penuh warna budaya dan makna kehidupan,” pungkasnya.