Seperti diketahui khalayak ramai, usulan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO, masuk ke dalam daftar ke -39 dan akan disidangkan pada Desember 2024. Banyak pihak turut menunjukkan ikhtiar demi mendukung hal tersebut, terutama dari warga Ponorogo yang sekaligus pegiat kesenian.
Adalah Priyo Purnomo, putra tokoh kesenian Ponorogo Koesnoe Wijanarko yang juga Ketua Komunitas Reog Sardulo Suryo Putro.
“Cikal bakal komunitas ini sejak tahun 1980an, kemudian menjadi forum silaturahmi para kumpulan reog Ponorogo. Tepatnya pada 1998, komunitas ini sebagai pusat silaturahmi para kumpulan roeg. Dan pada tahun 1990 saya dan ayah saya mulai beli alat sendiri hingga kemudian pada 2019 menjadi Komunitas Reog Sardulo Suryo,” terangnya melalui seluler (31/8).
Terletak di RT. 04, RW.02. Desa. Srandil, Kecamatan Jambon, Ponorogo, komunitas tersebut diakui oleh Priyo Purnomo, memiliki binaan lebih dari dari 100 grup reog
Diantara kegiatan yang rutin dilakukannya adalah festival reogan yang diselenggarakan setiap tahun, yaitu jelang grebeg suro. Festival ini bertajuk ‘Reogan Sardulo Suryo Putro dan Reog Merto Kusumo’.
Acara yang berlangsung pada 6/8 lalu, dihadiri banyak pihak, yaitu Mbah Kuri Jenes, seorang tokoh yang sangat dihormati di Ponorogo, Camat Jambon Imam Ohni,
Lurah Srandil Suwarno Pamuji, Riyanto selaku Ketua PAPDESI (Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia) se Ponorogo, dan aktivis perempuan Lia Istifhama.
Priyo secara gamblang menyebut ning Lia, keponakan Khofifah, sebagai Putune Warok Ponorogo.
“Ning Lia layak disebut sebagai Putune Warok Ponorogo. Hal ini karena kecintaannya pada seni dan kepeduliannya kepada wong cilik, terutama masyarakat yang ingin sekali reog diakui oleh dunia sebagai warisan budaya asli Ponorogo.”
Sedangkan ning Lia dalam sambutannya saat itu, mengapresiasi langkah Priyo sebagai upaya melestarikan Reog.
“Apa yang dilakukan pak Priyo, merupakan upaya melestarikan seni budaya yang merupakan warisan leluhur asli Ponorogo. Bahkan memang Ponorogo seringkali disebut sebagai bumi reog.”
Tak lupa, Doktoral UINSA tersebut menyelipkan sebuah pantun: “Di samping telogo, selfi bak peragawati. Tutur kata orang Ponorogo, bikin tentrem ati.”