JAKARTA, AKURAT MEDIA NEWS – Mantan Menteri Perdagangan Indonesia periode 2015-2016 serta mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2016-2019, Thomas Lembong atau yang sering disapa ‘Tom Lembong’ mengapresiasi Pemuda HARSA yang telah berhasil mengadakan ‘Bangga Bicara: Peran Pemerataan Pembangunan dalam Mitigasi DutchDisease”, yang dilaksanakan pada 9 Februari 2024.
Dutch Disease merupakan sebuah fenomena yang menggambarkan konsekuensi negatif dari ketergantungan berlebihan pada sektor sumber daya alam, telah menjadi fokus
pembicaraan ekonomi belakangan ini. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), Dutch Disease merujuk pada situasi di mana perekonomian suatu negara terlalu terpaku pada sektor sumber daya alam, yang mengakibatkan pengabaian terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya. Sejarah Belanda pada tahun 1970-an menjadi contoh yang menggambarkan dampak
negatif dari keterpautan berlebihan pada sektor gas alam, yang mengakibatkan stagnasi di sektor lainnya.
Dalam menghadapi tantangan Dutch Disease ini, HARSA dan Melek APBN berhasil menghadirkan narasumber utama Tom Lembong, yang memiliki pengalaman yang luas dalam bidang ekonomi Indonesia. Tom Lembong menyoroti kondisi Indonesia yang tengah mengalami gejala Dutch Disease, khususnya dalam konteks penekanan berlebihan pada sektor pertambangan mineral.
Ia pun menegaskan bahwa peningkatan permintaan baterai kendaraan listrik dan investasi asing turut berkontribusi dalam meningkatkan fokus pada sektor ini.
“Indonesia saat ini tengah mengalami situasi serupa (dutch disease), dengan fokus berlebihan pada pengolahan mineral. Meningkatnya permintaan baterai kendaraan listrik dan investasi dari luar negeri juga ikut membantu mendorong fokus pada sektor pertambangan ini. Ini yang akan menjadi cikal bakal Dutch Disease jika tidak ditangani dengan baik,” ucap Tom dalam keterangan tertulis yang dibagikan (11/2/2024).
“Pemerintah harus mencari keseimbangan antara pertumbuhan sektor pertambangan, seperti nikel, dengan upaya serius dalam mengembangkan sektor-sektor lainnya seperti manufaktur, pertanian, perikanan, dan agrikultur. Hal ini diperlukan agar ekonomi Indonesia dapat menjadi kuat dan beragam, sehingga manfaat ekonomi tidak hanya terpusat pada sektor tambang, melainkan juga dirasakan oleh sektor lain yang juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
Selain itu, Tom Lembong juga mengapresiasi semangat, kesadaran, dan gagasan yang ditunjukkan oleh HARSA dan Melek APBN serta seluruh panelis acara dalam membahas isu-isu krusial ini.
Sementara itu, Program Director Melek APBN Fachry Kamiel mengatakan, keikutsertaan aktif mereka dalam menginisiasi dan mengikuti acara ini merupakan langkah penting dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya mitigasi Dutch Disease dan pembangunan yang merata di Indonesia.
“Acara diskusi kami hari ini tidak hanya membahas tentang bagaimana cara mengatasi Dutch Disease, melainkan juga membangun masa depan ekonomi Indonesia yang adil dan merata bagi seluruh pelaku ekonomi,”ungkap Fachry Kamiel.
Ketua Bidang Kewirausahaan dan Ekonomi HARSA Kevin Demelza menambahkan, diskusi ini dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
“Tentunya kami berharap bahwa diskusi ini mampu membuka wawasan dan menumbuhkan kesadaran khususnya bagi anak muda yang memiliki kekhawatiran serta keresahan terhadap kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Isu mengenai pemerataan ekonomi pun juga jelas harus mendapatkan perhatian dari pemerintah di masa yang akan datang”sebut Kevin.
Sebagai informasi, organisasi kepemudaan HARSA didirikan oleh Mikail Azizi Baswedan, putra dari Anies Baswedan. Oragnisasi ini didirikan dengan tujuan untuk membahas isu penting Dutch Disease dan pentingnya pembangunan yang merata di Indonesia.