banner 728x250

Iklan di Jalanan

  • Share
Daswatia Astuty
banner 780X90

Oleh : Daswatia Astuty*)

Pernah nggak sih, kamu lagi di jalan, terjebak macet, lalu matamu tanpa sengaja menangkap tulisan di belakang truk atau gerobak bakso yang bikin kamu cekikikan? Kalau pernah, selamat! Kamu baru saja menikmati salah satu bentuk seni iklan jalanan yang paling tulus dan kreatif.

Salah satu tulisan yang menarik saya tulis adalah, “Pasukan Pemadam Kelaparan, Buka Setiap Hari, Hari Kiamat Libur.” Nah, dari sini kita bisa belajar banyak soal bagaimana humor itu nggak cuma bikin kita ketawa, tapi juga bisa jadi senjata pemasaran yang ampuh.

Coba deh kita bahas pelan-pelan.

Pertama-tama, kenapa sih tulisan di belakang truk dan gerobak bakso ini bisa begitu menarik? Ya, karena mereka ngomongin hal-hal yang dekat sama kehidupan kita. Kelaparan, misalnya. Siapa sih yang nggak pernah lapar? Dan pas lihat tulisan “Pasukan Pemadam Kelaparan,” otak kita langsung mengasosiasikan bakso itu sebagai solusi paling heroik untuk mengatasi krisis perut keroncongan. Ibaratnya, bakso itu adalah Superman, dan kuah hangatnya adalah jubah merah yang menyelamatkan kita dari ancaman kelaparan.

Lalu, kenapa harus pakai humor? Nggak cukup cuma nulis “Bakso Enak” aja, gitu? Ya nggak dong. Humor itu ibarat MSG dalam tulisan iklan; bikin rasanya lebih nendang. Orang yang baca tulisan lucu akan langsung merasa terhibur, dan perasaan senang itu tanpa sadar dikaitkan sama produk yang diiklankan. Jadi, pas mereka lapar lagi, yang pertama muncul di pikiran adalah si gerobak bakso dengan tulisan lucu tadi. Itu namanya teknik “memark” di hati pelanggan.

Tulisan-tulisan humor di jalanan ini juga punya efek sosial yang unik. Misalnya, tulisan “Buka Setiap Hari, Hari Kiamat Libur” itu. Secara nggak langsung, kalimat itu bilang, “Tenang aja, selama dunia belum kiamat, lo nggak akan kelaparan.” Sekilas kayak bercanda, tapi ada semacam jaminan pelayanan di sana. Ini strategi iklan yang pinter banget, karena nggak cuma bikin orang ketawa, tapi juga bikin mereka merasa yakin sama komitmen si penjual.

Fenomena ini juga bisa kita lihat di tulisan belakang truk yang kadang lebih filosofis. Misalnya, “Hukum Tajam ke Atas, Tumpul ke Bawah.” Meskipun ini kritik sosial, tapi ada unsur humornya yang bikin kita mikir sambil senyum. Nah, kalau tulisan-tulisan di truk ini lebih sering jadi ajang curhat para sopir, tulisan di gerobak makanan lebih fokus untuk menarik pembeli. Tapi, intinya sama; komunikasi yang mengena di hati.

Sekarang, mari kita balik lagi ke soal kelaparan. Dalam teori marketing, ada yang namanya “memenuhi kebutuhan dasar.” Kelaparan jelas masuk dalam kategori ini. Tapi, gimana caranya biar solusi kelaparan ini terlihat lebih menarik daripada yang lain?

Ya pakai humor tadi. Humor itu seperti bumbu penyedap yang bikin produk biasa jadi luar biasa. Misalnya, dua gerobak bakso berdampingan. Yang satu tulisannya cuma “Bakso Enak.” Yang satunya lagi tulis “Pasukan Pemadam Kelaparan.” Tebak mana yang lebih ramai? Jawabannya jelas yang kedua. Orang akan lebih tertarik sama sesuatu yang punya cerita, yang bikin mereka tersenyum bahkan sebelum mereka mencicipi produknya.

Kalau kita pikir-pikir lagi, humor dalam iklan jalanan ini seperti bentuk seni tersendiri. Sederhana, tapi mengena. Mereka nggak butuh desain mewah atau tagline canggih. Kadang cuma pakai cat seadanya di kayu lapuk, tapi efeknya luar biasa. Ini bukti bahwa kreativitas itu nggak butuh modal besar, tapi butuh nyali dan imajinasi.

Jadi, kalau suatu hari kamu lagi lapar di jalan dan lihat gerobak bakso dengan tulisan “Buka Setiap Hari, Hari Kiamat Libur,” berhentilah sejenak. Nikmati humornya, pesan semangkuk, dan rasakan kehangatan baksonya. Karena di balik humor itu, ada usaha keras seorang pedagang kecil yang nggak cuma ingin mengenyangkan perutmu, tapi juga menghibur harimu. Itulah seni iklan jalanan; menggabungkan kelaparan, kelucuan, dan kreativitas dalam satu mangkuk bakso yang nikmat.

*) Telly D nama pena Daswatia Astuty, Pemerhati pendidikan, pekerja sosial kemanusiaan, penasihat komunitas RVL dan penulis 42judul buku.

banner 780X90
banner 120x600
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *