Oleh Tri Wulaning Purnami, M.M.,M.Pd *)
Saat ini sedang ramai dibicarakan orang tentang deep learning. Menariknya deep learning akan dimasukkan dalam program kurikulum. Deep learning adalah cabang dari machine learning yang semakin berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dari hasil penelitian, deep learning memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan belajar serta sosial-emosional siswa. Secara konseptual, deep learning mendorong siswa untuk tidak hanya memahami informasi, tetapi juga mengaitkannya secara lebih mendalam, yang berujung pada pemahaman yang lebih holistik.
Terdapat 10 karakteristik utama deep learning yang membedakannya dari pendekatan pembelajaran lainnya adalah pertama, pembelajaran berbasis eksplorasi, belajar aktif, dan berbasis konsep
Siswa didorong untuk aktif menggali pengetahuan melalui berbagai pengalaman belajar yang mengutamakan pemahaman konsep, bukan sekadar menghafal informasi.
Kedua, mendorong kolaborasi, rasa ingin tahu dan berpikir kritis. Pendekatan ini mendorong siswa berpikir kritis, menggali rasa ingin tahu, dan berkolaborasi dengan yang lain, sehingga memperkaya wawasan mereka. Ketiga, buku teks adalah salah satu sumber pengetahuan. Dalam proses pembelajaran deep learning, buku teks hanya berfungsi sebagai salah satu sumber pengetahuan, bukan satu-satunya referensi. Dengan demikian siswa dimungkinkan untuk mengeksplorasi sumber lain, baik itu digital maupun non-digital, yang lebih sesuai dengan topik yang sedang dipelajari.
Keempat, multidisiplin. Pembelajaran ini juga bersifat multidisiplin, memungkinkan siswa menghubungkan berbagai mata pelajaran dan memahami kaitannya dalam konteks kehidupan nyata.
Kelima, dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa. Setiap siswa memiliki gaya dan kecepatan belajar yang berbeda, dan deep learning memberi ruang bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Keenam, kelas bersifat heterogen. Dalam kelas yang bersifat heterogen, siswa dengan kemampuan yang berbeda dapat saling mendukung dan belajar bersama, menciptakan lingkungan yang inklusif.
Ketujuh, Asesmen autentik, berbasis kinerja
Asesmen dalam deep learning lebih bersifat autentik, yaitu berbasis pada kinerja dan bukan hanya ujian formal. Evaluasi dilakukan melalui tugas-tugas yang relevan dengan dunia nyata, yang mencerminkan proses belajar secara lebih nyata dan aplikatif.
Kedelapan, Sekolah adalah tentang perkembangan akademik, sosial, dan emosional kursus online terbaik. Pembelajaran juga dipandang sebagai proses yang berfokus pada perkembangan akademik, sosial, dan emosional siswa, bukan hanya pencapaian akademis semata.
Kesembilan, Guru mengajar dan merencanakan pembelajaran dalam tim. Guru dalam pendekatan ini tidak hanya mengajar, tetapi juga merencanakan pembelajaran secara kolaboratif dengan rekan sejawat untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik.
Terakhir, kesepuluh, pembelajaran merupakan aktivitas kolaboratif. Pembelajaran deep learning pada dasarnya adalah sebuah aktivitas kolaboratif yang melibatkan siswa, guru, dan seluruh komunitas sekolah dalam proses pembelajaran yang lebih holistik.
Deep learning merupakan teknologi revolusioner yang telah mengubah cara belajar siswa. Masa depan deep learning semakin cerah dan menjanjikan berbagai inovasi baru. Namun, tantangan seperti kebutuhan data yang besar dan interpretabilitas masih menjadi perhatian utama yang perlu didiskusikan lebih lanjut.
*) Tri Wulaning Purnami, M.M.,M.Pd , seorang teacherwriter, writerpreneur, editor, penulis, dan guru SMKN 1 Surabaya.