Akuratmedianewa.com – Tradisi Festival Ketupat Kampung Nahdlatul Ulama (NU) di Dusun Joso, Desa Turi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan mempunyai sejarah yang panjang dan unik.
Masyarakat dusun Joso menganggap festival ini bukan hanya tentang hidangan khas. Melainkan juga cerminan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong dan ungkapan rasa syukur atas berkah yang telah diterima.
Konon, ide membuat dan mengarak ketupat secara bersama-sama muncul sebagai simbol persatuan dan kebersamaan. Bentuk ketupat yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) yang dianyam rumit kemudian diisi beras, melambangkan kompleksitas kehidupan dan harapan akan kemakmuran setelah perjuangan panjang menahan diri selama Ramadhan.
Awal mulanya, festival ketupat di Dusun Joso, Desa Turi lebih bersifat kekeluargaan dan antar tetangga. Tradisi ketupat awalnya hanya merupakan inisiatif sederhana dari masyarakat untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan setelah menyelesaikan ibadah puasa.
Kemudian, tradisi ini berkembang menjadi lebih terstruktur dengan adanya arak-arakan ketupat yang dihias secara sederhana menggunakan hasil bumi dan ditambah dengan hiasan-hiasan lokal yang indah.
Seiring berjalannya waktu, festival ketupat di desa Joso mulai melibatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat yang lebih luas. Kegiatan menghias ketupat mulai diadakan, menjadi wadah kreativitas antar warga. Pertunjukan seni tradisional juga ditambahkan untuk memeriahkan suasana festival.
“Keunikan sendiri dari festival ketupat di Kampung NU Dusun Joso ini, ketupat tidak hanya disajikan di rumah warga tetapi digantung sepanjang jalan 1 km di depan rumah-rumah warga,” ujar Nasrudin yang merupakan pemuda Dusun Joso, Rabu, (9/4/2025).
“Selain itu juga ada beberapa stand yang menyediakan opor, pecel yang bisa dimakan secara gratis. Pengunjung boleh makan sepuasnya dan bisa membawa pulang untuk oleh-oleh secukupnya,” tambahnya.
Salah satu ciri khas Festival Ketupat di Dusun Joso yang masih dipertahankan hingga kini adalah semangat gotong royong yang tinggi sehingga menjadi sorotan masyarakat Kabupaten Magetan.
Jauh sebelum pelaksanaan, warga akan bahu-membahu menyiapkan segala keperluan festival, mulai dari mengumpulkan janur, memasak ketupat dalam jumlah besar, hingga menghias area festival. Semangat kebersamaan ini menjadi ruh utama dari perayaan festival ini.
“Nilai Wisata ketupat terkandung nilai Gotong Royong, seluruh warga bergotong royong dan berjibaku. Selain itu juga sesuai filosofi jawa laku papat yang berarti empat tindakan (lebaran, luberan, leburan dan laburan), dan ngaku lepat yang berarti saling mengakui kesalahan,” pungkasnya.