banner 728x250

Bupati Sugiri Resmikan Nama Baru Gedung Ikonik Ponorogo, Bentuk Penghargaan

  • Bagikan
Bupati Sugiri Resmikan Nama Baru Gedung Ikonik Ponorogo, Bentuk Penghargaan. (Foto : Nanang)
banner 780X90

Akuratmedianews.com  Langkah tak biasa diambil Bupati Ponorogo, H. Sugiri Sancoko. Di tengah kesibukan pemerintahan, ia menaruh perhatian khusus pada warisan fisik peninggalan para pendahulunya. Gedung-gedung megah yang dibangun pada era kepemimpinan sebelumnya akan diabadikan dengan nama pemimpin yang berjasa mewujudkannya.

Gedung Terpadu, yang berdiri kokoh sejak era Bupati H. Amin (2010–2015), rencananya akan berganti nama menjadi gedung H. Amin. Tak hanya itu, gedung Graha Krida Praja, ikon delapan lantai yang dibangun pada masa Bupati H. Markum Singodimedjo, juga akan diabadikan dengan nama gedung H. Markum Singodimedjo.

“Inilah bentuk penghargaan kepada para pendahulu yang telah meninggalkan karya nyata bagi Ponorogo. Kita tidak boleh melupakan jasa mereka,” ujar Sugiri, usai menyerahkan bantuan alat kesehatan di halaman Gedung Terpadu, Rabu (7/5/2025).

Langkah ini bukan sekadar simbolis. Bupati yang akrab disapa Kang Giri itu menyebut, penamaan ulang merupakan wujud nyata penghargaan sekaligus pengingat bagi masyarakat bahwa pembangunan adalah kerja kolektif lintas zaman.

Saat ditanya soal kemungkinan pasar legi yang dibangun pada masa Bupati Ipong Muchlissoni juga akan menyandang nama tokoh tersebut, Kang Giri menjawab lugas. “Iya masuk, karena itu bagian dari karya para pendahulu dan perlu kita apresiasi,” tegasnya.

Namun, sebelum perubahan nama dilakukan, Sugiri menekankan bahwa pentingnya perawatan terlebih dahulu, khususnya untuk Gedung Terpadu yang saat ini mengalami kerusakan ringan di bagian atap.

“Sebelum dinamai gedung H. Amin, kita perbaiki dulu. Nanti kita serahkan ke bagian perbaikan,” kata Kang Giri.

Langkah ini mendapat respons positif dari banyak pihak. Tak sedikit masyarakat yang melihat ini sebagai langkah dewasa dan inspiratif dalam politik lokal. Di tengah dinamika politik yang kerap diwarnai saling klaim dan sikap saling meniadakan, Sugiri memilih merajut sejarah dengan benang penghormatan.

“Saya kira ini langkah bijak. Pemimpin datang silih berganti, tapi karyanya harus tetap dihargai. Ini akan membentuk budaya baru dalam pemerintahan, budaya menghormati dan melanjutkan,” kata Dwi Suryo, akademisi dan pengamat kebijakan publik asal Ponorogo.

“Lebih dari sekadar pergantian nama, langkah ini menjadi refleksi penting bahwa pembangunan tidak selalu soal siapa yang memulai, tetapi siapa yang mau merawat dan menghargainya,” pungkasnya.

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *