banner 728x250

GURU BERKUALITAS, SEBUAH KENISCAYAAN ATAU KEMUSTAHILAN ?

  • Bagikan
banner 780X90

 

Dr. H. Hamy Wahjunianto, M.M
(Dosen STIE YAPAN)

Akuratmedianews.com – Dalam ajang – World Skills Competition (WSC)_ yang ke-47 pada tanggal 10-15 September 2024, siswa Indonesia, Favian Ahza Putra Sobar, meraih medali emas _IT Network System._ Sementara itu Cahyo Dwi Prayoga dan Mohammad As’ari meraih medali emas _Rail Vehicle Technology._

Lalu pada even bergengsi lainnya, _International Geography Olympiad (iGeo) 2024_ yang diselenggarakan pada 19-24 Agustus 2024 di Maynooth dan Dublin, Irlandia, tim Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan meraih medali emas oleh Adelio Rasendriya Hafindika, Ahmad Fauzan Mubarok, dan Rhesa Narayana Rasmara serta medali perunggu oleh Nareswari Tarisa Kirana

Tim Olimpiade Ilmu Komputer Indonesia (TOKI) berhasil meraih empat medali di _International Olympiad in Informatics (IOI)_ ke-36 yang diselenggarakan di Alexandria, Mesir pada 1-8 September 2024 lalu. Dalam ajang itu Matthew Allan, Aufan Ahmad Mumtaza, dan Kelven Nathanael meraih medali perak, sedangkan Gunadi Sani merebut medali perunggu.

Kemudian dalam ajang bereputasi lainnya, _International Mathematical Olympiad_ ke-65 yang digelar pada 11-22 Juli 2024 di Bath, Britania Raya, Kevin Adi Senjaya merebut medali emas, Frederico Samuel Halim, Ben Robinson, dan Raymond Christopher Tanto merebut medali perunggu.

Sementara itu ada anak Indonesia, Devon Kei Kenzo, menjadi sorotan netizen baru-baru ini. Pasalnya Devon, yang saat ini masih berusia 15 tahun, sudah tercatat sebagai mahasiswa tahun ke-2 di University of Melbourne, kampus peringkat ke-19 dunia menurut _Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings._

Anak ibu Pertiwi lainnya yang mempunyai IQ 189, Cendekiawan Suryaatmaja atau akrab dipanggil Diki, bahkan saat anak-anak sebayanya masih duduk di bangku kelas 6 SD, ia sudah menjadi mahasiswa di _University of Waterloo,_ Kanada, jurusan Fisika. Diki berhasil menyelesaikan gelar masternya pada usia 17 tahun. Gelar ini menjadikannya lulusan master termuda dalam sejarah _University of Waterloo._ Kini, ia bahkan berencana untuk segera mengejar gelar PhD.

Sudah barang tentu bangsa yang pernah membangun Candi Borobudur dan menguasai wilayah Nusantara, tidak pernah kekurangan talenta-talenta unggul yang luar biasa. Akan tetapi ekosistem pendidikan di Indonesia belum mampu membuat bangsa ini unggul dalam banyak indikator pendidikan kelas dunia.

Indonesia berada di peringkat ke-6 di negara-negara ASEAN dan peringkat ke-69 dari 80 negara yang terdaftar dalam penilaian PISA 2022 oleh _Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)._ _Programme for International Student Assessment (PISA)_ merupakan penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan matematika, sains, dan literasi siswa secara global.

Demikian pula untuk pendidikan tinggi. Belum ada satu pun kampus di Indonesia yang masuk Top 100 dunia. Dalam peringkat kampus terbaik menurut _Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR) 2026,_ peringkat kampus Indonesia terbaik hanya ada di peringkat ke-189 yang ditempati oleh Universitas Indonesia. UGM, ITB, dan UNAIR berturut-turut menduduki peringkat ke-225, 255, dan 287. Sedangkan National University of Singapore (NUS) masuk Top 10 World Class Campus dengan menempati peringkat ke-8.

*Kebijakan Pendidikan Di Era Presiden Prabowo*
Di era Presiden Prabowo sejatinya ada upaya untuk melakukan akselerasi pendidikan yang berkualitas. Selain dengan menaikkan gaji guru dan dosen, yang baru dari pemerintahan Prabowo adalah membangun Sekolah Garuda yang diharapkan mampu membuat banyak anak bangsa cerdas yang berkelayakan untuk kuliah di Top 10 kampus dunia. Selain itu untuk pemerataan pendidikan berkualitas dibuatlah Sekolah Rakyat yang tersebar di semua provinsi.

Namun ada yang sejatinya masih kurang dari program-program di atas yang ironinya justru adalah variabel yang dalam banyak penelitian disebut sebagai variabel yang paling berpengaruh dalam pendidikan berkualitas, yakni guru yang berkualitas. Siapakah yang menyiapkan guru berkualitas yang akan mendidik dan mengajar di Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda dan sekolah-sekolah lainnya untuk menuju Indonesia Emas 1945 ? Gap ekosistem pendidikan ini yang justru masih belum ada jawaban programnya.

*Ciri Generasi Muda Berkualitas*
Setidaknya ada tiga ciri generasi muda berkualitas di era digital ini, yakni memiliki kompetensi yang tinggi, mempunyai karakter yang kuat, dan pembelajar yang inovatif.
*1. Memiliki Kompetensi Tinggi*
Deretan anak bangsa yang mampu menorehkan prestasi internasional di atas adalah contoh nyata dari anak muda cerdas yang disebabkan oleh ekosistem pendidikan yang bagus sehingga membuat mereka berkelayakan untuk kuliah di kampus Top 10 Dunia.

Tentunya generasi muda cerdas tersebut membutuhkan guru-guru cerdas berkompetensi tinggi yang mampu membuat siswa-siswi tersebut berkelayakan untuk meneruskan studi mereka di kampus-kampus ternama dunia. Masalahnya remunerasi guru di Indonesia sekarang belum memikat hati anak muda cerdas Indonesia untuk menjadikan guru sebagai profesi favorit mereka.

*2. Memiliki Karakter Kuat*
Saat pagelaran Piala Dunia Sepakbola di Qatar pada tahun 2022, publik dunia dibuat takjub oleh fans Timnas Jepang. Usai menonton pertandingan kesebelasan kesayangannya, mereka bergerak memungut sampah yang berserakan di stadion dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam yang sudah mereka siapkan. Demikian pula dengan Timnas yang mereka support, Jepang. Pelatih, crew, dan para pemain Timnas Jepang meninggalkan ruang ganti bahkan dalam keadaan yang lebih bersih dari sebelum mereka gunakan sambil menulis terima kasih di atas secarik kertas yang juga sudah mereka siapkan. Mereka seolah mendemonstrasikan karakter bangsa Jepang, menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya.

Sudah barang tentu karakter kuat bangsa Jepang tersebut dibentuk sejak usia dini dan motor dari pembentukan karakter itu adalah guru yang berkarakter kuat. Sebab hanya seorang guru yang memiliki karakter kuatlah yang akan mampu membentuk karakter pada murid-muridnya.

Salah satu dampak dari kuatnya karakter bangsa Jepang ini, dalam laporan tahunan Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2024 yang dirilis oleh Transparency International, Jepang menempati peringkat keempat negara yang paling bersih dari korupsi di Asia setelah Singapura, Hongkong, dan Bhutan serta peringkat ke-20 dunia. Indonesia menempati peringkat ke-24 Asia dan peringkat ke-99 dunia.

*3. Pembelajar Kreatif & Inovatif*
Di era perkembangan teknologi Informasi yang luar biasa cepatnya menyebabkan banyaknya perubahan yang terjadi di semua lini kehidupan manusia. Banyak alat komunikasi yang dulu sangat populer, tetapi sekarang seperti tidak ada jejaknya. Bahkan banyak profesi yang sudah tidak ada lagi, namun ada profesi baru yang bermunculan.

Pun demikian dengan sistem bisnis dan pembayaran. Kemajuan teknologi yang luar biasa membuat pasar-pasar, gerai-gerai, mall-mall tutup digantikan oleh e-commerce atau perdagangan elektronik. Platform _e-commerce_ menjamur di Indonesia. Demikian pula sistem pembayaran konvensional mulai bergeser ke pembayaran online. Masyarakat tinggal memilih metode pembayaran yang tersedia, seperti QRIS, dompet digital, kartu debit, atau kartu kredit.

Semua hal di atas mendorong manusia untuk terus menerus belajar hingga ia memiliki agility (kelincahan) dan adaptability (adaptasi) terhadap perubahan yang menyebabkan ia mampu selalu relevan dan senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat sekalipun telah banyak terjadi perubahan.

Manusia pembelajar hingga memiliki _agility_ dan _adaptability_ yang membuat ia mampu berselancar di atas gelombang perubahan tidak lahir begitu saja. Ia memerlukan guru pembelajar yang membuat dirinya memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk terus belajar hingga dirinya tetap relevan dan selalu dibutuhkan masyarakat.

*Kualitas Bangsa Ditentukan Kualitas Guru*
Guru-guru berkualitas yang mampu melahirkan anak-anak bangsa yang berkelayakan untuk studi di kampus-kampus top dunia, berkarakter kuat, dan pembelajar yang inovatif sangat diperlukan oleh negara manapun. Menjadi tantangan bagi Mendikdasmen dan Mendiktisaintek untuk saling membahu melahirkan guru-guru yang berkualitas.

Bung Karno dalam tulisannya Menjadi Guru Di masa Kebangunan mengatakan bahwa guru haruslah memiliki ruh kerakyatan, ruh kemerdekaan, dan ruh kesatrian. Selama guru masih ada, peradaban tidak akan pernah hancur. Sebelum guru mengajarkan kepada murid, ia harus lebih dulu mempraktekkan ajarannya. Karena pada dasarnya proses belajar adalah proses peniruan. Jika ingin membentuk karakter kebangsaan maka guru harus lebih dahulu memiliki karakter tersebut.

Bapak Kemajuan Singapura, Lee Kuan Yew, mengatakan,” Pada akhirnya, suatu negara maju akan tergantung dari kualitas warga negaranya, maka kualitas warga negara akan bergantung pada kualitas guru mereka.”

Maka menjadi kewajiban negara dan masing-masing kita sebagai orang tua untuk melahirkan para guru berkualitas untuk anak cucu kita. Kita semua berkewajiban membuat pembentukan guru-guru yang berkualitas adalah sebuah keniscayaan, bukan kemustahilan.

Selamat Hari Guru Nasional 2025.(Red).

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *