banner 728x250

Deep Learning dalam Pembelajaran Menulis Sastra : Menumbuhkan Keterampilan Kritis dan Kreatif di Sekolah Dasar

  • Bagikan
Ilustrasi: Anak-anak menggunakan boneka tangan untuk memerankan karakter cerita, membantu mereka memahami emosi dan tindakan karakter dalam pembelajaran menulis sastra. (Sumber: pikisuperstar/freepik.com)
banner 780X90

Oleh :  Rifqi Risnadyatul Hudha *)

Pendidikan di sekolah dasar memiliki peran penting dalam membentuk dasar intelektual dan sosial anak-anak Indonesia. Dalam menghadapi tantangan pendidikan global, kurikulum pendidikan perlu diselaraskan dengan kebutuhan abad ke-21, salah satunya dengan memasukkan sastra sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Sastra tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan keterampilan literasi, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan empati peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan seperti Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam yang menekankan pengembangan keterampilan tersebut, perlu diterapkan dalam pembelajaran menulis sastra.

Pada pembelajaran menulis sastra berbasis Deep Learning, anak-anak diberi kesempatan untuk memahami terlebih dahulu elemen-elemen dasar dalam cerita seperti karakter, tema, dan alur. Mereka tidak hanya membaca untuk mengetahui cerita, tetapi juga untuk mengonstruksi pengetahuan yang lebih mendalam melalui berbagai kegiatan berbasis aktivitas. Pada tahap pertama, memahami, peserta didik diberikan teks cerita yang berisi karakter dan tema tertentu. Mereka kemudian diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis elemen-elemen cerita, seperti apa yang dilakukan oleh karakter, apa motivasi mereka, dan bagaimana karakter berinteraksi dalam cerita tersebut. Selain itu, peserta didik juga dapat memperankan karakter dari cerita tersebut untuk lebih memahami tindakan dan emosi karakter dalam konteks cerita.

Kegiatan berbasis aktivitas lainnya adalah menganalisis karakter dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Misalnya, peserta didik diberikan kutipan dari cerita dan diminta untuk bertanya, “Apa yang karakter ini rasakan dalam situasi ini?” atau “Apa pilihan karakter ini, dan mengapa mereka memilihnya?” Melalui kegiatan ini, peserta didik dapat menggali lebih dalam tentang karakter, serta melihat hubungan antara pilihan karakter dan dampaknya terhadap perkembangan cerita.

Setelah memahami cerita dan tema yang ada, peserta didik melanjutkan ke tahap mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk menulis cerita mereka sendiri berdasarkan tema yang relevan atau pengalaman hidup mereka. Mereka diberi kebebasan untuk berkreasi, mengembangkan karakter, dan menyusun alur cerita yang berhubungan dengan situasi sosial dan moral. Kegiatan berbasis aktivitas pada tahap ini mencakup brainstorming bersama teman-teman sekelas tentang berbagai tema yang ingin mereka angkat dalam cerita. Peserta didik juga dapat berkolaborasi dalam kelompok kecil untuk menciptakan ide cerita yang saling terhubung, sehingga mereka belajar untuk bekerja sama dalam menciptakan sebuah karya sastra.

Sebagai contoh, pada tahap awal menulis, peserta didik diberikan materi dan contoh cara membuka cerita dengan menggunakan dialog, konflik, dan deskripsi tempat serta suasana. Kemudian, mereka diminta untuk menulis bagian awal cerita dengan berbagai cara, baik itu menggunakan dialog, konflik yang berkembang, atau deskripsi tempat yang menarik. Dengan aktivitas ini, peserta didik berlatih untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari tentang cara menulis, serta memperluas imajinasi mereka dalam menulis cerita.

Tahap terakhir adalah merefleksi karya yang telah mereka buat. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk menilai dan menganalisis cerita yang telah mereka tulis. Mereka diberi kesempatan untuk mendiskusikan cerita mereka dalam kelompok kecil, mengidentifikasi pesan moral, karakter, serta konflik dalam cerita yang mereka buat. Diskusi ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menerima kritik dan memberikan masukan terhadap karya teman-teman mereka, yang juga mengajarkan mereka untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karya yang telah mereka buat. Proses ini penting untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif serta membangun empati karena mereka belajar untuk memahami perasaan karakter yang mereka ciptakan dan menghubungkannya dengan pengalaman mereka sendiri atau orang lain.

Melalui tahapan Memahami, Mengaplikasikan, dan Merefleksi, pembelajaran menulis sastra berbasis Deep Learning mendorong peserta didik untuk aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran ini sangat mendukung pembentukan dimensi profil lulusan yang diinginkan, di antaranya penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi yang efektif. Pembelajaran menulis sastra memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berpikir lebih mendalam tentang masalah sosial dan moral yang ada di masyarakat, serta mengasah kemampuan mereka untuk berkolaborasi dengan teman-teman dalam menciptakan cerita yang lebih kuat.

Selain itu, teknologi memainkan peran besar dalam mendukung proses ini. Dengan menggunakan alat digital yang aman dan mudah digunakan, peserta didik dapat menulis, mengedit, dan berbagi karya sastra mereka secara daring dengan bimbingan guru. Teknologi ini membantu memperkaya pengalaman belajar mereka dan mengembangkan keterampilan literasi digital yang penting. Peserta didik tidak hanya belajar menulis, tetapi juga belajar bekerja sama, berbagi ide, dan mempresentasikan karya mereka dalam lingkungan yang aman dan positif.

Dengan pembelajaran menulis sastra berbasis Deep Learning, guru tidak hanya mengembangkan keterampilan menulis peserta didik, tetapi juga membantu mereka menjadi individu yang berpikir kritis, berkreativitas tinggi, dan penuh empati. Proses ini memberikan mereka alat untuk berefleksi, berkreasi, dan berkolaborasi, yang semuanya adalah keterampilan penting untuk masa depan mereka. Sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dasar, sastra harus menjadi medium yang membentuk karakter dan keterampilan sosial anak-anak, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

*) Rifqi Risnadyatul Hudha, penulis adalah Dosen FIP Universitas Negeri Surabaya

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *