banner 728x250

Politik Biner dan Elektabilitas

  • Bagikan
banner 780X90

Oleh: Baihaki Sirajt
(Derektur Accurate Research and Consulting Indonesia “ARCI”)

Akurat Media News – Politik biner adalah pendekatan politik di mana isu-isu kompleks atau perbedaan pendapat dianggap sebagai pilihan antara dua sisi yang saling bertentangan.
Dalam politik biner, isu-isu politik kompleks sering disederhanakan menjadi dua pilihan yang secara luas dianggap sebagai lawan satu sama lain.

Konsep politik biner mencerminkan pemikiran biner, yang berarti sesuatu hanya bisa ada dalam dua bentuk yang bertentangan: hitam atau putih, benar atau salah, kanan atau kiri, liberal atau konservatif, kaya atau miskin, Bahkan dalam konteks identitas pun tak luput dari biner : islam atau bukan, NU atau bukan, Jawa non Jawa dan sebagainya.

Pendekatan ini sering digunakan dalam kampanye politik dan debat publik, di mana pihak-pihak yang bersaing cenderung membangun narasi yang memperkuat perbedaan dan polarisasi, sehingga mendorong pemilih untuk memilih salah satu dari dua sisi yang ditawarkan.
Politik biner sering kali menyederhanakan isu-isu yang kompleks dan memperkuat persepsi bahwa hanya ada dua pilihan yang mungkin, tanpa mempertimbangkan spektrum opini atau nuansa yang ada di antara dua sisi tersebut. Pendekatan ini dapat mempengaruhi cara pemilih memandang dan memahami isu-isu politik, karena mereka cenderung melihat dunia politik melalui lensa konflik antara dua kubu yang saling bertentangan.

Politik biner juga dapat memperkuat polarisasi dan konflik antar kelompok dalam masyarakat. Dengan membagi masyarakat menjadi dua kubu yang saling bertentangan, politik biner dapat memperkuat perpecahan sosial dan membuat dialog yang konstruktif sulit dicapai.
Efek dari politik biner terhadap elektabilitas dapat bervariasi. Di satu sisi, pendekatan ini dapat mempermudah pesan politik dan membuatnya lebih mudah dipahami oleh pemilih. Ini dapat membantu partai atau kandidat memperoleh dukungan yang lebih luas karena pesan yang disampaikan lebih mudah dicerna oleh pemilih.
Selain itu, politik biner dapat mengaktifkan basis pemilih yang sangat partisan, yang cenderung memilih berdasarkan ideologi atau afiliasi partai, tanpa mempertimbangkan nuansa atau kompleksitas isu-isu politik.

Namun, politik biner juga memiliki beberapa efek negatif terhadap elektabilitas. Pendekatan ini cenderung menyederhanakan isu-isu kompleks dan mengabaikan nuansa dan kompleksitas dalam kebijakan publik. Hal ini dapat menghasilkan retorika yang berlebihan, polarisasi yang meningkat, dan mengabaikan masalah yang kompleks dan membutuhkan solusi yang beragam. Pemilih yang mengharapkan penyelesaian nyata untuk masalah-masalah yang kompleks mungkin tidak puas dengan pendekatan politik biner dan mungkin mencari alternatif lain.

Selain itu, politik biner juga dapat memperkuat kesenjangan politik dan meningkatkan konflik antar kelompok dalam masyarakat. Dengan membagi masyarakat menjadi dua sisi yang saling bertentangan, politik biner dapat memperkuat perpecahan dan merusak upaya untuk mencapai konsensus atau kesepakatan.

Bagi kami Accurate Research and Consulting Indonesia “ARCI” Dan mungkin semua lembaga survei yang ada ini, ketika menyangkut efek dari politik biner terhadap prespektif dan Elektabilitas ,maka ada dua fenomena psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku pemilih dalam politik, yakni Bandwagon effect dan underdog effect yang artinya :
1. Bandwagon effect terjadi ketika orang-orang cenderung mengikuti atau mendukung opini atau tindakan yang sudah populer atau banyak diikuti oleh orang lain. Dalam konteks politik, bandwagon effect terjadi ketika pemilih mendukung kandidat atau partai yang dianggap memiliki popularitas atau peluang menang yang tinggi. Mereka mungkin merasa bahwa dengan bergabung dengan mayoritas, mereka akan merasa lebih valid atau akan berada di pihak yang menang.
Bandwagon effect sering kali terjadi saat pemilih mengikuti tren atau opini publik yang populer, terlepas dari pertimbangan rasional tentang kebijakan atau karakter kandidat. Contoh bandwagon effect dalam politik adalah ketika seorang kandidat politik mendapatkan momentum yang kuat dalam jajak pendapat atau survei awal. Hal ini dapat menyebabkan pemilih lain merasa tertarik untuk mendukung kandidat tersebut karena mereka menganggapnya sebagai pilihan yang populer dan memiliki peluang menang yang tinggi.
2. Underdog effect terjadi ketika pemilih cenderung mendukung kandidat atau partai yang dianggap sebagai pihak yang lemah atau kurang populer. Pemilih mungkin merasa simpati terhadap kandidat atau partai yang dianggap tidak diuntungkan atau diabaikan oleh mayoritas. Mereka mungkin merasa terinspirasi oleh semangat perlawanan dan harapan bahwa underdog dapat mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan yang tidak terduga.
Contoh underdog effect dalam politik adalah ketika seorang kandidat atau partai yang semula dianggap tidak memiliki peluang menang yang tinggi, tetapi kemudian berhasil memperoleh dukungan dan momentum yang kuat. Hal ini dapat memicu gelombang dukungan dari pemilih yang merasa terinspirasi oleh semangat perlawanan dan ingin mendukung kandidat atau partai yang dianggap underdog.
Maka menurut kami secara keseluruhan, efek politik biner terhadap elektabilitas sangat tergantung pada konteks politik dan preferensi pemilih. Meskipun dapat membantu dalam memperoleh dukungan yang lebih luas atau mengaktifkan basis pemilih yang partisan, politik biner juga dapat memicu polarisasi dan mengabaikan kompleksitas dalam isu-isu politik. Hari ini dan menuju momentum pemilu 2024 Penting bagi pemilih untuk melihat melampaui politik biner dan mengkaji isu-isu secara menyeluruh sebelum membuat keputusan pemilihan yang terinformasi.

Wallahu A’lam Bisshawab

banner 780X90
Penulis: RedEditor: Sugik
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *