Akuratmedianews.com — Di balik tembok tinggi dan jeruji besi, semangat dan kreativitas warga binaan Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Ponorogo justru membuncah. Selasa pagi itu, suasana di lapangan rutan tak lagi dingin dan penuh ketegangan seperti biasanya.
Sebuah panggung kecil berdiri sederhana, tapi cukup untuk jadi saksi lahirnya sorak-sorai dan tawa yang jarang terdengar, “Rupon Idol” digelar sebagai bagian dari peringatan Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-61.
Lomba menyanyi yang digagas jajaran pengamanan ini tak hanya menjadi ajang hiburan, melainkan juga ruang ekspresi, pembuktian diri, sekaligus terapi batin bagi para warga binaan. Setiap kamar hunian mengirimkan satu wakil terbaiknya. Mereka tampil dengan penuh percaya diri, membawakan lagu-lagu dengan teknik, gaya, dan penjiwaan yang mengejutkan banyak penonton.
Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan (Ka. KPR), Gulang Rinanto, yang juga duduk sebagai juri, menegaskan bahwa lomba ini dirancang bukan hanya untuk menghibur, tapi juga sebagai sarana pembinaan yang menyentuh sisi emosional para narapidana.
“Kami ingin membangun suasana yang lebih manusiawi di dalam rutan. RUPON IDOL ini menjadi bukti bahwa warga binaan juga punya potensi, punya rasa, dan punya semangat untuk menjadi lebih baik,” kata Gulang dalam sambutannya.
Bersama dua juri lain, Rendi Ferdani (Karupam) dan Titis Widyo Wati (staf KPR), Gulang menilai peserta berdasarkan kreativitas, teknik vokal, dan penjiwaan lagu. Tiga aspek ini, menurutnya, mencerminkan lebih dari sekadar bakat seni. Ia melihat semangat untuk berubah, keberanian tampil, dan optimisme yang tumbuh di antara para peserta.
Setelah semua peserta menunjukkan penampilan terbaiknya, tibalah saat yang paling ditunggu. Nama-nama pemenang diumumkan di tengah sorakan dan tepuk tangan warga binaan lain. RS dari kamar D.5 berhasil menyabet juara pertama, disusul AS dari kamar B.2 dan NN dari kamar E.2.
“Saya tidak menyangka bisa menang. Rasanya seperti diberi napas baru. Saya ingin terus belajar, dan semoga suatu saat bisa nyanyi di luar sini dengan bangga,” ujar RS, matanya berkaca-kaca.
Sorotan emosi di wajah para peserta dan penonton menunjukkan bahwa pembinaan di dalam rutan tak selalu identik dengan ketegasan dan kedisiplinan. Ada pendekatan lain yang kini mulai dihidupkan—pendekatan yang menyentuh hati, membangun semangat, dan membuka ruang bagi harapan.
Pihak Rutan Ponorogo melalui jajaran pengamanannya menyampaikan komitmen untuk terus menghadirkan kegiatan serupa secara berkala. Harapannya, program-program yang bersifat rekreatif dan edukatif ini bisa menjadi jembatan untuk mengembalikan semangat warga binaan dalam proses reintegrasi sosial.
Dalam lanskap pembinaan pemasyarakatan yang kerap kali kaku dan formal, RUPON IDOL memberi warna berbeda. Ia menegaskan bahwa di balik kesalahan dan hukuman, manusia tetaplah manusia. Mereka butuh ruang untuk berkembang, berekspresi, dan bermimpi kembali.