Akuratmedianews.com – Tren batik lukis kian berkembang di berbagai daerah, termasuk Kota Batu, Jawa Timur. Tak sekadar melestarikan wastra Nusantara, para seniman kini menghadirkan terobosan melalui teknik melukis di atas kain dengan kombinasi canting dan kuas.
Salah satunya dilakukan oleh Fatkhul Muin atau akrab disapa Mumuh, pemilik batik alzahra yang berlokasi di Jl. Indragiri, Sumberejo, Kota Batu. Mumuh menjelaskan bahwa hal ini berawal dari pengalaman melukisnya sejak kecil yang kemudian dikembangkan menjadi batik lukis tiga dimensi dengan memadukan seni rupa kontemporer dan nilai-nilai lokal.
“Awalnya, saya hanya melukis di kanvas kemudian merambah hingga ke kain berukuran 220 cm x 105 cm. Kuas dan canting, dua-duanya saya pakai. Rasanya masih sejalan,” kata Mumuh pada Rabu (16/4/2025).
Mumuh mengungkapkan bahwa karya andalannya adalah batik bermotif ikan koi tiga dimensi yang terinspirasi dari hobinya memelihara ikan. Lewat teknik gradasi dan detail realis, ia menciptakan ilusi gerakan air dan tekstur tubuh koi secara nyata.
“Pada tahap produksi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan batik konvensional lainnya dan harus dilakukan secara telaten, agar bentuk tubuh ikan hingga percikan airnya terlihat nyata. Kalaupun ada cat meluber, saya tutupi pakai warna lain. Alhasil, jadi warna baru yang unik,” ungkapnya.
Selain menggunakan teknik manual, Mumuh juga memanfaatkan alat semprot untuk mempercepat proses gradasi warna. Teknik ini membantu mempertegas detail gelap terang pada objek lukisan batiknya.
Tak berhenti di situ, Mumuh juga mengeksplorasi motif batik lainnya seperti dedaunan, buah-buahan, dan hewan, termasuk batik koi naga yang memiliki filosofi unik.
“Koi itu simbol hoki, naga lambang kekaisaran. Jika digabungkan, motif batik ini bermakna raja yang beruntung,” bebernya.
Selain itu, ia bahkan pernah menggarap batik motif princess dan lambang klub sepak bola Arema FC sesuai permintaan klien. Fleksibilitas ini membuktikan bahwa batik lukis juga bisa menjangkau berbagai segmen pasar.
“Saat pemesanan saya tidak menetapkan uang muka, hanya saja klien harus sabar. Sebab, tantangan utama justru ada pada perencanaan desain dan pemilihan warna yang tepat agar tiap ornamen terlihat hidup,” pungkasnya.
Meski sempat ragu untuk memulainya, namun konsistensi dan eksplorasi teknik membuatnya ia terus mengembangkan inovasi dan ide kreatif yang dituangkan dalam selembar kain. Bahkan, dalam sebulan, ia bisa menyelesaikan satu kain rumit, atau sepuluh kain seragam jika motifnya serupa.
Kehadiran Batik Alzahra membuktikan bahwa batik lukis tiga dimensi bukan sekadar tren sesaat, melainkan perkembangan budaya yang sanggup bersaing di tengah modernisasi wastra Nusantara.