banner 728x250

Tragis! Buruh Tani Bani Hanyut di Sungai Keling Saat Hendak Pulang

  • Bagikan
Warga dan petugas mulai berdatangan di lokasi tempat Bani terseret arus sungai Keling (Foto : Nanang)
banner 780X90

Akuratmedianews.com  Hidup di desa kecil di kaki perbukitan Ponorogo, Bani (60), buruh tani asal Dusun Keling, Desa Pengkol, Kauman, sudah terbiasa berdamai dengan kerasnya alam. Setiap hari, ia menyusuri pematang dan menyeberangi Sungai Keling untuk sampai ke sawah yang menjadi sumber penghidupan keluarganya.

Namun siang itu, Selasa (20/5/2025), menjadi perjalanannya yang terakhir. Sekitar pukul 11.00 WIB, pria sepuh itu memilih jalur yang selama ini menjadi rutinitasnya untuk menyeberangi sungai, alih-alih memutar lebih dari satu kilometer lewat jalan darat.

Sayang, ia tak menyadari derasnya arus Sungai Keling yang sedang meluap akibat hujan deras di wilayah hulu. “Tahu-tahu sudah di tengah sungai, berenang. Dari pulang kerja garuk,” tutur Gianti, anak korban, sembari menahan haru. Ia adalah saksi mata dalam peristiwa ini.

Menurut Gianti, ayahnya memang sering memilih jalur air untuk menghemat waktu dan tenaga. Meskipun usia tak lagi muda, semangat kerja keras Bani tak surut.  Ia masih kuat mencangkul dan membersihkan sawah demi menafkahi keluarga. Sungai yang biasanya bersahabat itu, kali ini berubah menjadi tantangan maut.

Bani sempat terlihat masih sanggup berenang. Tubuh renta itu terus bergerak melawan arus, nyaris mencapai tepi. Namun takdir berkata lain. Sekitar 30 meter sebelum garis aman, tubuhnya terseret kembali ke tengah dan menghilang di pusaran deras air.

Petugas dari BPBD Ponorogo langsung turun melakukan pencarian. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD, Agung Prasetyo, mengatakan penyisiran dilakukan secara manual sembari menunggu bantuan dari Basarnas Trenggalek.

“Kami sedang melakukan penyisiran manual sambil menunggu bantuan,” katanya.

Pencarian berlangsung penuh keprihatinan. Warga sekitar berkumpul di tepi sungai, sebagian membawa doa, sebagian lagi membantu semampunya. Sosok Bani bagi mereka bukan hanya buruh tani biasa, melainkan cermin dari generasi pekerja keras desa yang tak pernah menyerah, bahkan di hadapan ancaman alam.

Kisah Bani mengingatkan kita bahwa perjuangan hidup di desa masih penuh dengan risiko nyata. Dari akses jalan yang terbatas hingga minimnya infrastruktur penghubung antar lahan. Pilihan Bani untuk tetap bekerja dan pulang lewat jalur berbahaya bukan karena nekat, melainkan karena kebutuhan hidup yang mendesak.

Kini, sungai yang menjadi saksi bisu kegigihan seorang bapak, berubah menjadi tempat pencarian terakhir. Harapan keluarga tinggal satu jenazah Bani bisa segera ditemukan dan dimakamkan dengan layak.

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *