banner 728x250

Dari Balik Jeruji, Reyog Ponorogo Berkumandang, WBP Rayakan Hari Bhakti Pemasyarakatan

  • Bagikan
Penari jathil seni reyog Ponorogo hibur WBP dalam puncak Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-61 di rutan Ponorogo (Foto : Nanang)
banner 780X90

Akuratmedianews.com – Tarian reyog menggema dari balik tembok Rutan Kelas IIB Ponorogo, Selasa (20/5/2025). Dentuman gamelan, gemulai jathil, hingga liukan dadak merak tak sekadar menjadi hiburan, melainkan wujud nyata keberhasilan pembinaan warga binaan. Inilah puncak peringatan Hari Bhakti Pemasyarakatan (HBP) Ke-61 yang dirayakan secara meriah dan penuh makna.

Tak seperti acara seremonial biasa, puncak HBP di Rutan Ponorogo disulap menjadi panggung apresiasi dan ekspresi. Di atas lapangan yang dikelilingi tembok tinggi dan kawat berduri, semangat kesenian bertemu dengan ruh pembinaan. Para warga binaan, yang selama ini identik dengan stigma negatif, tampil percaya diri menarikan seni Reyog dalam pertunjukan bertajuk Sardulo Condrodimuko.

Plt. Kepala Rutan Ponorogo, Jumadi membuka acara dengan menegaskan bahwa pentingnya HBP sebagai momentum reflektif dan progresif dalam sistem pemasyarakatan.

“Hari Bhakti ini adalah napak tilas atas perjalanan panjang sistem pemasyarakatan Indonesia. Di Rutan Ponorogo, kami ingin menjadikan momen ini sebagai pengingat sekaligus penguat bahwa pembinaan bukan sekadar rutinitas, tapi misi kemanusiaan,” ujar Jumadi.

Jumadi mengungkapkan bahwa baginya, seni dan budaya bukan hanya alat hiburan, melainkan media yang ampuh membangun karakter.

“Terbukti, para warga binaan tidak sekadar bisa menari atau memainkan gamelan, tapi juga belajar bekerja sama, disiplin, dan percaya diri nilai-nilai yang kelak akan mereka bawa saat kembali ke masyarakat,” jelasnya.

Acara puncak ini sekaligus menjadi penutup dari rangkaian peringatan HBP yang digelar sepanjang bulan Mei. Sejumlah lomba yang melibatkan warga binaan dan petugas – dari olahraga, seni, keterampilan tangan, hingga kerohanian digelar untuk membangun suasana pembinaan yang sehat dan kompetitif.

Para pemenang menerima piagam dan bingkisan, bukan semata untuk prestasi, tapi untuk mengapresiasi semangat mereka dalam berproses.  “Kita ingin mereka merasa dihargai dan memiliki harapan. Karena dalam pembinaan, sekecil apa pun progres, itu layak dirayakan,” ujar seorang petugas Rutan yang turut mendampingi.

Kolaborasi antara petugas dan warga binaan dalam menampilkan Reyog bukan hal biasa. Di tengah keterbatasan, mereka berhasil menghadirkan pertunjukan memikat yang mencerminkan semangat, kerja keras, dan kecintaan pada budaya lokal.

Jumadi berharap acara semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi UPT Pemasyarakatan lain di Indonesia. Bahwa pembinaan yang mengakar pada budaya tidak hanya mendidik, tapi juga mengangkat kembali martabat para warga binaan.

“Seni dan budaya adalah jalan pulang. Pulang kepada jati diri. Pulang kepada nilai-nilai kebaikan yang mungkin sempat terabaikan,” pungkasnya.

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *