Akuratmedianews.com — Tidak ada orasi lantang, tak terlihat poster tuntutan upah. Yang tampak justru ratusan buruh dan pengusaha tumplek blek di Paseban Aloon-Aloon Ponorogo. Mereka bersatu dalam gelak tawa dan semangat kebersamaan, merayakan Hari Buruh Internasional (May Day) 2025 dengan cara yang jauh dari demonstrasi—melainkan selebrasi.
Peringatan May Day di Ponorogo tahun ini berlangsung damai dan semarak, sabtu (3/5/2025). Tak ada aksi turun ke jalan, tak ada massa yang bergerak ke Surabaya atau Jakarta. Semua terpusat di jantung kota Ponorogo. Sekitar 850 peserta dari berbagai organisasi pekerja, pengusaha, dan unsur pemerintah hadir dalam kegiatan yang dikemas penuh keceriaan dan makna.
“Kami ingin peringatan May Day bukan sekadar ajang penyampaian aspirasi, tapi ruang untuk mempererat sinergi. Ini bukan demo day, tapi celebration day,” ujar Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, dalam sambutannya di atas panggung Paseban.
Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari. Ada senam bersama, pengobatan gratis, donor darah, pelayanan KB gratis, santunan anak yatim, hingga hiburan musik rakyat lengkap dengan doorprize. Semua kegiatan itu dirancang sebagai hasil musyawarah antara serikat buruh dan pengusaha, difasilitasi oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo.
Kepala Disnaker Ponorogo Suko Kartono mengatakan bahwa peringatan May Day tahun ini bertajuk kebersamaan untuk peningkatan kesejahteraan pekerja dan produktivitas nasional. Menurutnya, tema ini sangat relevan dengan semangat yang dibangun di Ponorogo.
“Kegiatan ini murni dari keinginan pekerja dan pengusaha. Kami dari pemerintah hanya memfasilitasi. Momentum ini sangat penting untuk meningkatkan kolaborasi demi produktivitas dan kesejahteraan,” ujar Suko.
Nada yang sama disampaikan Ketua KADIN Ponorogo sekaligus Ketua Panitia May Day, Ramsa Rolanda. Ia menegaskan bahwa Hari Buruh bukan sekadar simbol perjuangan, tapi juga ajang silaturahmi.
“Tema lokal kami adalah May Day is Collaboration Day. Inilah semangat baru buruh dan pengusaha Ponorogo—bekerja sama, bukan berseberangan,” ujarnya.
Apa yang terjadi di Ponorogo menjadi gambaran alternatif dalam merayakan Hari Buruh. Di tengah riuh rendah isu perburuhan nasional, Ponorogo menghadirkan ruang teduh, di mana aspirasi tidak harus berujung konfrontasi, tapi bisa ditangani lewat dialog, kerja sama, dan rasa saling percaya.
Lebih dari sekadar perayaan, May Day 2025 di Ponorogo menjadi simbol bahwa kesejahteraan pekerja bisa dicapai jika semua pihak berjalan seiring.