banner 728x250

Jalan Membangun Kedaulatan Pangan Gus Lilur melalui BAPANTARA

  • Bagikan
MEMBANGUN KEDAULATAN PENGAN : Gus Lilur Membangun Kedaulatan Pangan Melalui BAPANTARA
banner 780X90

Akuratmedianews.com – Kedaulatan pangan sangat penting dan menjadi salah satu modal pokok untuk menuju negara maju. Hal itu sangat disadari oleh oleh HRM. Khalilur R. Abdullah Sahlawiy atau yang akrab disapa Gus Lilur. Melalui Bandan Pangan Nusantara (BAPANTARA) Gur Lilur memulai langkah itu.

Semula, dia hanya mencibir bahkan tertawa ketika seorang temannya di Vietnam menawari bisnis beras.

“Saya orang desa. Rumah saya dikelilingi sawah milik kakek saya. Saya muak dengan segala hal yang berbau sawah,” ujarnya saat itu sambil tersenyum, melalui rilis yang diterima redaksi, Jumat (01/08/2025).

Namun waktu terus berjalan, dan seperti banyak kisah tak terduga lainnya, kehidupan membawanya kembali ke jalur lamanya, dengan sudut pandang dan misi yang jauh lebih besar. Kini, satu dekade kemudian, Gus Lilur kembali ke Vietnam, bukan sebagai tamu biasa, melainkan sebagai pengusaha.

Di tengah kesibukan mengurus izin budidaya lobster, tawaran berbisnis beras datang lagi, kali ini dari rekan-rekan konglomerat di sektor pertanian dan pertambangan Vietnam. Dan, Gus Lilur tak lagi menolaknya.

“Lingkungan bisnis yang tidak bisa saya tolak,” ujarnya.

Tawaran tersebut datang dari para elit bisnis yang juga berdagang batu bara dan benih lobster. Tiga komoditas utama yang menjadi tulang punggung hubungan dagang Indonesia-Vietnam: pertanian (beras), pertambangan (batu bara), dan perikanan (lobster).

“Saya seorang petani. Putra seorang petani. Cucu seorang petani. Kakek saya adalah pemilik sawah terbanyak di desa. Ketika panen tiba dan harga gabah anjlok, kami, keluarga petani, merasa sangat marah!” tegas Gus Lilur yang pemilik dan pendiri BAPANTARA Grup, sebuah holding yang menaungi 18 anak perusahaan di bidang pangan, pertambangan, dan perikanan.

Pernyataan tegas tersebut menjelaskan sikap vokalnya terhadap kebijakan impor beras, terutama jenis CBP (Cadangan Beras Pemerintah) yang menurutnya merusak harga gabah dan membuat petani lokal sengsara.

“Saya menentang impor beras GST! Tapi saya tidak menolak beras khusus, karena tidak mengganggu pasar domestik dan bahkan dapat mendorong peningkatan kualitas produksi,”  katanya.

Beras spesial, menurutnya, berada di kelas premium dengan harga jauh di atas rata-rata Rp25.000 hingga Rp65.000 per kilogram. Jumlah petani yang menanam varietas ini masih sangat terbatas di Indonesia. Untuk tahun 2025, pemerintah telah membuka kuota impor beras spesial sebesar 420 ribu ton, jumlah yang besar tetapi masih dapat dikelola tanpa mengorbankan petani lokal.

Kunjungan terakhir ke Vietnam menjadi momen kontemplatif bagi Gus Lilur. Di tiga provinsi lumbung padi utama Vietnam, yaitu Dong Thap, An Giang, dan Can Tho, beliau menyaksikan ribuan pabrik beras beroperasi secara masif dan efisien. Pemandangan ini membangkitkan kembali semangat lama yang telah terpendam.

“Saya memutuskan untuk menjadi petani besar tujuh tahun lalu. Tapi awalnya saya fokus pada pertambangan dan perikanan. Sekarang, saatnya kembali ke akar,” ujar Ketua Netra Bakti Indonesia (NBI).

Melalui Grup BAPANTARA Gus Lilur ingin menyampaikan mimpi besar, yakni membangun pabrik beras di banyak kabupaten, mencetak sawah baru, dan mewujudkan kemandirian pangan sejati.

“Di negara agraris seperti Indonesia, tidak mungkin ada rakyat yang kelaparan hanya karena tidak mampu membeli beras,” tegasnya.

Langkah Gus Lilur bukan sekadar ekspansi bisnis. Ini adalah misi sosial, sebuah tarikan napas panjang dari seorang anak desa yang dulunya hidup di tengah sawah, namun kini justru mengubah sawah menjadi jalan pengabdian.

“Bismillah,” tulis Gus Lilur.

“Salam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tandasnya.(*)

banner 780X90
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *