Akuratmedinews.com — Kota Blitar kembali menjadi pusat perhatian Nusantara dengan terselenggaranya 4th Blitar Ethnic National (BEN) Carnival 2025 di Stadion Aloon-Aloon Kota Blitar.
Perayaan budaya terbesar tahunan ini tidak hanya menampilkan kekayaan seni dan tradisi dari berbagai daerah, tetapi juga menghadirkan pertemuan bersejarah antara tokoh adat, pejabat negara, hingga generasi muda.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Direktur Film, Musik dan Seni sekaligus Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, Dan Pembinaan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia Syaifullah Agam.
Dan, kegiatan ini dihadiri beberapa tokoh mulai dari Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep, Duli Yang Maha Mulia Sri Paduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman, Prof. Dr. M.S.P.A. Iansyah Rechza, FW., Ph.D., dan bersama Romo Eros serta Rd. Miftah dari Keraton Parupuh Madura yang hadir sebagai tamu kehormatan, disambut oleh Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin didampingi Wakil Walikota Blitar Elim Tyu Samba, Sabtu (23/8/2025).
BEN Carnival 2025 digelar sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan semangat “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.
Dalam pernyataannya, YM Maharaja Kutai Mulawarman menekankan bahwa pentingnya menempatkan adat dan budaya sebagai penopang identitas bangsa.
“Adat dan budaya bukan hanya pusaka masa lalu, melainkan sumber nilai dan jati diri bangsa. Generasi muda harus menempatkan kebudayaan sebagai pelita yang menuntun langkah di tengah derasnya arus modernisasi,” ujarnya.
“Jika adat dan seni dijaga, maka martabat bangsa akan terangkat, dan Indonesia akan berdiri tegak sebagai bangsa yang berdaulat secara budaya,” tambah dia.
Menurut Maharaja Kutai Mulawarman, kegiatan ini disambut hangat oleh hadirin sebagai pengingat bahwa pelestarian budaya tidak boleh berhenti pada simbol, tetapi harus menjadi praktik nyata dalam kehidupan berbangsa.
“Pertemuan istimewa di Blitar ini juga suatu momen menandai sinergi penting antara kerajaan adat dan pemerintah dalam mengangkat seni, musik, dan film bukan sekadar sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan moral, penguatan identitas, serta pewarisan nilai luhur kepada generasi penerus,” pungkasnya.










