Oleh : Tri Wulaning Purnami *)
Surabaya. Udara panas menemani kota Surabaya yang dilanda demam lomba tujuh belasan. Begitu juga di SMK Negeri 1 Surabaya yang menggelar lomba bakiak beregu. Selasa (12/8/2025) lomba tersebut khusus untuk bapak-bapak guru yang mewakili Konsentrasi Keahlian (jurusan) maupun MGMP. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Suasana meriah mewarnai lomba yang diadakan di halaman belakang Technopark DKV.
Kelihatannya sepele dan mudah. Medianya hanya dua balok kayu kurang lebih ukuran 15 cm x 75 cm dengan diberi tiga gelang karet yang dibuat dari potongan ban. Dengan ketebalan kayu kurang lebih lima belas sentimeter. Ketika dicoba ternyata tak semudah yang dilihat. Bakiak yang tampak ringan ternyata berat ketika diayun oleh tiga pasang kaki. Terbukti seorang peserta yaitu Ketua LSP P1, bernama Dr. Yektiono, S.Pd., S.ST., M.Pd., sudah jatuh terjerembab ketika mencoba bakiak tersebut bersama timnya. Tidak tanggung-tanggung penderitaannya. Benjolan di atas alis kiri nyaris sebesar telur asin matang. Pipinya sampai merah karena memar. Katanya, rasanya cenut-cenut dan perih jadi satu. Akhirnya Pak Yekti mundur dari lomba bakiak dan digantikan oleh teman satu jurusan, yaitu Pak Teguh.
Momen jatuhnya Pak Yekti menjadi cerita lomba bakiak makin unik. Drs. Naim Hadi, M.Pd., Ketua Konsentrasi Keahlian Perhotelan (K3PH) menggoda, “Loh kok ngeri, Mas … UGD, Mas … ayo, tak terne ….” Memang benjolan di atas mata Pak Yekti bertambah besar. Banyak guru prihatin atas kejadian itu. Ada yang menyarankan diolesi minyak bokasih, minyak tawon, dan lainnya. “Ini diolesi thrombophob gel oleh mas Ratman,” kata Pak Yekti dengan wajah mendung kelaran (kesakitan).
Salah satu guru Agama yaitu Asmu’in, S.Ag. yang juga Pembina SKI (Sie Kerohanian Islam) ketika melihat foto benjolan di grup sekolah langsung chat, “Masya Allah …. Perjuangan dan Do’a. Perjuangannya sudah, tinggal doanya. Semoga ndang (segera) sembuh gih, Pak.” Itulah salah satu guna teman. Menghibur dan mendokan kala teman lain mendapat musibah.
Seperti chat salah satu guru Akuntansi yaitu Sulam, S.Pd., M.M. yang juga Ketua Koperasi Guru SMK Negeri 1 Surabaya, “Ternyata lebih berat meraih juara bakiak daripada meraih gelar Doktor, S3.” Memang iya, belum genap satu bulan Pak Yekti berhasil meraih gelar Doktor dari UNESA. Pertanda harus segera diadakan tasyakuran Doktor.
Walaupun jurusan Pak Yekti tidak menang lomba bakiak, pada tasyakuran hari kemerdekaan (17/8/2025) di Aula Sekolah beliau mendapat hadiah khusus sebagai peserta kecelakaan lomba. Dengan senyum dimanis-maniskan Beliau maju menerima hadiah. Bekas benjolan belum kempes benar. Menyisakan warna hitam melingkari mata sebelah kirinya.
Lomba bakiak tak hanya membutuhkan stamina, tapi juga strategi. Lomba tujuh belasan merupakan ungkapan kebahagiaan Indonesia raih kemerdekaan. Apalagi lomba diadakan secara internal, bisa dipastikan kemeriahannya. Kalah menang tak jadi soal yang penting semua senang. Tapi kalau ada musibah seperti ini, ikut sedih juga.
*Tri Wulaning Purnami, Penulis adalah Guru SMKN 1 Surabaya