Akuratmedianews.com – Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) Provinsi Jawa Timur (Jatim) menggelar kegiatan pekan literasi Jawa Timur 2025 serta peresmian galeri majapahit dan wali limo di halaman utama Gedung Perpustakaan Jatim, Surabaya pada Rabu (21/5/2025) siang. Kegiatan tersebut bertemakan tentang membangun peradaban, merajut masa depan melalui literasi.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi oleh Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Cahyo Harjo Prakoso dan Kepala Disperpusip Jatim, Tiat. S. Suwardi. Turut serta dalam acara ini seluruh penerima penghargaan, mulai dari perwakilan OPD, BUMN, BUMD, Perguruan Tinggi, hingga Penerbit swasta se-Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Kepala Disperpusip Jawa Timur Tiat S. Suwardi mengungkapkan bahwa saat ini, perpustakaan Jawa Timu masuk tiga besar kategori setelah dari Yogyakarta dan Bangka Belitung. Menurutnya, keberhasilan perpustakaan di Jawa Timur tidak lepas dari implementasi pesan Gubernur terkait Inisiasi, Kolaborasi, dan Inovasi (IKI).
“Alhamdulillah, sesuai pesan dari Ibu Gubernur untuk terus melakukan inisiasi, kolaborasi, dan inovasi atau IKI. Kami berhasil mencapai banyak hal. Mulai dari pembinaan sebanyak 27.915 perpustakaan di Jawa Timur, pembagian 133 buku digital secara gratis, serta berbagai pameran naskah kuno, dan peresmian Majapahit Poly Nimmo,” ujarnya.
Kepala Disperpusip Jatim mengatakan bahwa mojopahit poly nimmo sendiri ini dibangun sejak akhir tahun 2021, dirancang sebagai galeri digital dengan materi berupa virtual tour 360 derajat, viode animasi, dan games edukasi.
“Konten-konten tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah perguruan tinggi, balai bahasa, serta kreasi dari para pustakawan dan arsiparis di lingkungan Disperpusip Jawa Timur,” kata Tiat sapaan akrabnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menekankan bahwa pentingnya sinergi antara pengembangan literais digital dan manual, dalam upaya meningkatkan minat baca dan wawasan masyarakat Jawa Timur.
“Saat ini, minat baca mengalami penurunan drastis, padahal akses terhadap buku jauh lebih mudah. Berbeda dengan pengalaman di masa lalu, meskipun sulit mengakses literatur, keinginan untuk membaca buku justru sangat kuat,” kata Khofifah.
“Berdasarkan pengalaman pribadi, saya pernah mendirikan perpustakaan di rumah, meskipun sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Selain itu, saya juga sering membagikan buku-buku di daerah terpencil seperti Papua dan Suku Anak Dalam,” tambahnya.
Khofifah menyampaikan bahwa literasi tidak hanya terpaku baca tulis, tapi juga mencakup berbagai sektor seperti literasi keuangan. Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat mulai dari pemprov dan kabupaten/kota, BUMN, BUMD, perguruan tinggi, dan penerbit swasta untuk bergandengan tangan untuk meningkatkan literasi.
“Selain itu, juga pentingnya menjaga keseimbangan antara ekosistem digital dengan manual. Saya memberikan contoh seperti Jepang dan Korea. Anak-anak disana tetap menulis secara manual, meskipun teknologi digital sudah maju. Karena, dengan adanya menulis manual akan mengasah rasa dan menyatukan pikiran,” imbuh Gubernur Khofifah.
“Juga, memberikan tentang materi keagamaan, seperti menulis huruf Arab, tidak sepenuhkan digantikan dengan Artificial Intelligence (AI) tetapi harus juga ada manual. Untuk menjaga kemampuan dasar anak-anak tersebut,” tuturnya.
Gubernur Khofifah menegaskan bahwa pertemuan langsung di tengah kemajuan teknologi tetap penting untuk membangun silaturahmi, bukan sekadar program.
“Pertemuan langsung ini membangun silaturahmi serta menyambungkan hati dan pikiran, berbeda dengan pertemuan digital yang tidak ditemukan ruhnya seperti pertemuan langsung,” pungkasnya.